Minggu, 22 Desember 2013

EMPAT


“Wah, bagaimana ini? Ini hari, Pelajaran Bahasa Inggris. Bisa bantu aku, Zie?”tanya Mahaganta. Emang ini anak kalau udah harus berhadapan dengan pelajaran tersebut, pasti bingung dan membingungkan. Bahkan bila kebingungannya melebihi dosis, anak mama ini suka pingsan sendiri.

Sebenarnya dia itu gak bodoh-bodoh amat dengan pelajaran yang satu ini karena dia udah berusaha keras untuk menguasainya, tapi ada daya. Maksud hati ingin memeluk Gunung Galunggung, tapi yang terpeluk malah Gunung Sinabung. Maksud hati ingin menguasai bahasa bule, tapi yang terkuasai malah bahasa sendiri. Tapi kalau dipikir, dia masih menang sedikit dibanding seekor panda yang lahir dan gede di China, tapi gak pandai Bahasa China.

“Kau kan les di Bima?”Ozie balik bertanya.
“Ah, kau memang punya kuping aneh. Dibuka bisa, eee nutupnya kagak bisa. Masuk kuping kiri, keluar lewat jempol kaki kanan. Contoh diriku, nih! Aku! Kalau gak bisa, jelas aku gak tahu!”ucap Hadi bangga. Bahkan ia membusungkan dadanya dengan mengangkat kepalanya lalu nekad menepuk dadanya dan tak urung berbatuk-ria layaknya aki-aki yang gak beruban.
“U huk, u huk, u huk.”
“Hahaha,”anak-anak berhaha-ria.
“Bukan itu masalahnya. Di Bima, yang ngomong, semuanya orang-orang wayang. Entah itu wayang orang, wayang golek, wayang kulit atau wayang-wayangan. Misalnya, Semar, Petruk, Gareng, Cepot, Dewi Suhita, Kamajaya, Ratih...”
“Ih, banyak sekali tentornya”Odor kaget.
“Belum selesai, nih”ujar Mahaganta.
“Terusnya?”Nani sok nanggapin.
“Nah, omongan mereka itu gak bisa kumengerti sikitpun. Apalagi kalau yang ngomong adalah pemimpinnya. Uh, aku tambah gak paham. Bingung!”ucap Mahaganta.
“Siapa?”Nani penasaran.
“Bima. Habis, suaranya bergemuruh kayak guntur,”jelas Mahaganta.
Kok bisa gitu?”Nani bertanya lagi.
“Sejak pelajaran dimulai ampe habis, mereka kalau ngomong pakai Bahasa Jawa. Jelas donk aku yang gak bisa Bahasa Inggris dan untuk bisa menguasainya, susah setengah hidup. Masuk gak bisa, eee keluar makin gak bisa. Padahal duit yang keluar cukup gede,”tanpa disadari bola kristalnya jatuh atu-atu, membasahi pipinya yang kemerah-merahan.

Ozie terharu.
Hadi terpana.
Odor dan Nani terhanyut pikirannya.
Elis, Iyem dan Imelda ikut-ikutan nitikin air matanya.

Suka yang dari tadi hanya menjadi pendengar setia, gak mau tinggal diam. “Udah, kau tenang-tenang ajalah. Aku bawa ini, nich!”itu anak nunjukin kamusnya yang tebal.
Mahaganta sedikit terhibur. Ia menghentikan tangisnya.
Anak-anakpun sepakat, mutusin Suka sebagai penerjemah dan upacara ala adat keraton diadakan meski hanya beberapa menit.

Tapi setelah sang pengawas yang memakai peci masuk, anak-anak agak cemas. Gak lain karena beliau gak mau ada segala jenis buku dan kamus yang disimpan di laci. Semuanya harus disimpan di depan. Di meja guru.
Anak-anak menolak.
Beliau memaksa.
Anak-anak ngotot.
Maka demi keamanan yang langgeng agar ujian berjalan lancar tanpa kendala apapun, Hendra memutuskan untuk main adu panco dan menang. Alhasil anak-anak batal untuk nyimpan buku-bukunya di depan. Termasuk Suka. Kamusnya tetap di tangannya.

Detik berlalu. Menit tiba. Anak-anak kelabakan.
 “Suka, mana? Awas!! Kukutuk kau jadi Saddam!!”ancam Mahaganta yang duduk di baris kedua. Suka bukannya mendengarkan, ia malah melebarkan daun kupingnya. Melihat itu, Roni memperjelas apa yang diomongkan oleh Mahaganta.
“O, kebetulan!!! Gini-gini juga aku pengagum dia!”ucap Suka.
“Aku dua rius!”rengek Mahaganta.
“Aku dua rius setengah!”Suka gak mau kalah.
“Jadi, mana jawabannya? Bagi-bagi donk!!!”
“Aku gak bisa, Ron!”
“Gunanya kamus tebal itu?”tanya Hunter yang mulai curiga. Abis, dari tadi Suka sepertinya gak berbuat apa-apa, selain bernafas. Jangankan gerakin penanya untuk dansa di atas lembar jawaban, nyentuh soalpun gak dilakoni.
“Buat bantal!”jawab Suka kalem.
Maaaaak!”jerit Odor.

Karena yang dijadikan penerjemah gak berbuat seperti apa yang dijanjikannya dan diharapkan anak-anak, penghuni Ruang Tujuh nekad. Setiap soal, mereka jawab dengan tiga kata. Kagak lebih, kagak kurang. Apa? Ini dia,
Was wis wus.
Was wis wus.
Ehemmm!!!!
Aya-aya wae.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar